Friday 16 November 2018

Nasib Monumen Kali Bekasi


Sejarah Monumen Kali Bekasi
Di masa perang kemerdekaan Indonesia, tugu kali Bekasi merupakan monumen perjuangan rakyat Bekasi. Di bangun tepat berada di tepi kali Bekasi, arah timur Stasiun Bekasi.

19 Oktober 1945 Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jatinegara, Sambas Atmadinata, mengkonfirmasikan  kepada Zakariah, Komandan TKR di markas Bekasi, ada 90 tentara Jepang akan melintas menggunakan kereta menuju Bandar Udara Kali Jati Subang.

Kereta berhasil lolos dari hadangan rakyat Bekasi. Setibanya di Cikampek kereta tersebut dihentikan oleh pejuang disana dan dipaksa kembali ke Jakarta. Mendengar hal itu, rakyat Bekasi sudah menunggu. Sesampainya di stasiun Bekasi gerbong di geledah dan ditemukan 90 tentara Jepang. Rakyat bringas ketika ditemukan senjata api milik tentara Jepang, karena ada ketentuan bahwa Jepang wajib menyerahkan seluruh persenjataannya. Lalu para tentara Jepang tersebut ditahan bahkan ditelanjangi di Rumah Gadai tepi kali Bekasi sebagai penjara sementara.

Seusai waktu Maghrib, seluruh tawanan digelandang ke tepi kali Bekasi dan dibantai hingga tewas, seketika kali Bekasi berubah warna menjadi merah darah. Atas kejadian tersebut pemerintah Jepang protes dan meminta pertanggung jawaban kepada kepolisian RI dengan jaminan agar pristiwa serupa tidak terulang kembali.

Mendengar insiden tersebut, pada tanggal 25 Oktober 1945 Presiden Soekarno datang ke Bekasi dan menghimbau agar pristiwa serupa agar tidak terulang kembali. Soekarno juga meminta agar rakyat Bekasi agar tidak ikut campur masalah kereta api dan mengacaukan perjalanannya. Amanat soekarno diterima dengan baik oleh rakyat Bekasi dan membubarkan diri dengan tenang. Meskipun pemimpin republik sudah memerintahkan agar tidak menghentikan kendaraan yang melintas, rakyat Bekasi saat itu sepertinya bandel dan tidak menghiraukan himbauan tersebut. Bahkan mentri Amir Sjarifuddin pernah datang, tetapi diminta kembali ke Jakarta karena tidak membawa surat perintah.


Monumen Kali Bekasi Kini
Monumen kali Bekasi terletak di tepi kali bekasi, tidak jauh dengan stasiun Bekasi, namun keberadaannya banyak yang tidak mengetahuinya walaupun berada di pinggir jalan, dikarenakan posisi monumen terhalang oleh rerimbunan pohon yang menghalangi pandangan. Sungguh sangat disayangkan jika saja pohon yang menghalangi posisi monumen agak dirapihkan mungkin saja monumen kali Bekasi bisa terlihat dengan jelas.

Friday 2 November 2018

Situs Buni Peradaban Masa Lampau di Bekasi

Ada yang tahu Bekasi mempunyai sejarah peradaban tertua? Situs Buni adalah jawabannya. Kali ini kita akan membahas penemuan Situs Buni.

Peradaban sejarah Bekasi telah dimulai sejak lama. Para ahli bahkan memperkirakan peradaban di salah satu kabupaten Jawa Barat tersebut dimulai sejak sebelum masa kerajaan Tarumanegara. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya situs sejarah yang disebut Situs Buni.

Situs Buni terletak di Desa Bunibakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Tepatnya di Kampung Buni Pasar Emas, adanya temuan berupa tembikar terdiri dari berbagai macam bentuk serta ukuran berupa periuk, mangkuk berkaki, kendi dan tempayan. Selain penemuan tersebuat terdapat juga penemuan-penemuan yang berharga lainnya diantaranya gelang yang terbuat dari batu dan kaca, perhiasan emas, manik-manik, artefak logam, beliung persegi, bandul jala dari terakota serta tulang belulang manusia.


Penemuan itu sempat menggemparkan masyarakat sekitar pada tahun 1950-an sampai dengan 1970-an, karena di Buni Wates telah ditemukannya periuk berhias serta aneka perhiasan dari emas dan tulang belulang manusia.

Sekitar tahun 1958 penemuan pertama adalah seorang warga Kampung Buni, Dogol, tatakala membuat kali kecil atau kalenan yang menghubungkan kali Bekasi dengan sawahnya, saat mencangkul tiba-tiba cangkulnya mengenai benda keras. Setelah ia sadar ternyata benda tersebut adalah tulang belulang dan tengkorak manusia. Diantara tulang belulang tersebut ditemukan juga perhiasan terbuat dari emas berupa manik-manik (seperti tasbih). Setelah digali lebih dalam lagi ditemukan pula cincin, bintang, kembang kelapa, stambul, topeng dan mahkota.


Diperkirakan temuan benda arkeolog tersebut berasal dari zaman neolitikum, paleometalik, hingga masa kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat. Artefak neolitikum memiliki ciri khas ukiran berupa anyaman keranjang dan duri ikan. Sedangkan tembikar yang berasal dari zaman paleometalik memiliki bentuk yang lebih spesifik seperti cawan, periuk, kendi, tutup serta bandul jala, perhiasan dan sebagainya.

Situs buni merupakan suatu kompleks kebudayaan yang cukup luas dengan cakupan sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Karena itulah Situs Buni juga disebut kompleks kebudayaan Buni. Berbagai temuan yang ada menunjukan bahwa pusat kebudayaan tersebut telah berkembang sejak tahun 2000 SM.

Kompleks ini mempunyai wilayah sebaran yang dikelompokan menjadi tiga, yaitu kelompok Tanggerang, kelompok Bekasi dan kelompok Rengasdengklok. Khusus kelompok Bekasi terdiri atas Buni, Krangkeng, Puloglatik, Pulorengas, Kedungringin, Bulaktemu, Rawa Menembe, Batujaya dan tugu.

Sampai saat ini Situs Buni masih sering menemukan artefak baru berupa perhiasa, gerabah, senjata, hingga fosil. Sebagian peninggalan tersebut disimpan di Museum Nasional, jurusan Arkeologi Universitas Indonesia serta pusat Arkeolog Nasional.

Jika ingin melihat Situs Buni ini cobalah kalian mampir ke Desa Bunibakti, Babelan, Bekasi

Thursday 1 November 2018

Kalimalang dan Sejarah Perkembangannya

Berbicara soal kota Bekasi tak lengkap rasanya jika tidak membahas aliran panjang yang membentang dari waduk Jatiluhur Purwakarta melewati Karawang dan Bekasi hingga Jakarta Timur. Kalimalang namanya.

Asal-usul Kalimalang
Kalimalang pada awalnya dibuat untuk memasok air PDAM untuk masyarakat sekitar dari waduk Jatiluhur karena pada saat itu daerah Bekasi hingga Jakarta mempunyai air yang tidak layak konsumsi jadi kesimpulannya bahwa kalimalang adalah bukan kali atau sungai alam melainkan kali buatan manusia.


Dikutip dari wikipedia, kalimalang bagian hulu dari kalimalang adalah salah satu percabangan bendungan curug, yang terletak di Desa Curug, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Bendungan curug ini terbagi dalam 2 saluran induk irigasi, yaitu Tarum Barat dan Tarum Timur, yang melintas Kabupaten Subang dan bermuara di sungai Cipunegara di perbatasan Subang dan Indramayu.

Nama asli kalimalang ialah Saluran Induk Irigasi Tarum Barat. Kenapa disebut dengan kalimalang? Rata-rata kali alam di Jawa Barat selalu mengalir dari selatan ke utara atau sebaliknya, karena pantai di Jawa Barat berada di utara dan selatan tetapi sungai kalimalang dari timur ke barat dan melintang diantara kali alam yang ada. Jadi kalimalang dibuat posisinya di atas sungai alam yang mengalir dari selatan ke utara, untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari daerah Cipinang Melayu posisi kalimalang berada di atas kali sunter dengan posisi menyilang, sunter kearah utara sedangkan kalimalang kearah barat.

Kalimalang selalu mengalir dan mensuplai air dari waduk jatiluhur tidak pernah kekeringan walau musim kemarau panjamg, uniknya lagi setiap merayakan hari kemerdekaan negara kita kalimalang menjadi tempat diadakannya lomba-lomba 17 Agustusan.

Sejarah
Menurut budayawan Bekasi, Andi Sopandi yang dikutip dari detiktravel awalnya kalimalang dibuat pada tahun 1960-an secara manual dan bersama-sama, idenya sudah ada dari zaman Soekarno. Menariknya lagi ternyata sungai kalimalang mempunyai hubungan dengan kisah kerajaan Nusantara di Pulau Jawa, sejarah peradaban tertua Jawa terkait kerajaan Taruma Negara di temukan di Bekasi.

Pertumbuhan
Dulu kalimalang sangatlah sepi terbilang menyeramkan pada malam hari, masih sedikit orang yang melewati jalan ini namun setelah pembangunan jalan beraspal sekitar tahun 1990-an, lambat laun kalimalang mulai ramai dari bangunan-bangunan pertokoan hingga perkantoran.

Kini kalimalang lebih tepatnya daerah Bekasi akan dibangun wisata bernuansa alam yang digagas oleh Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat. Proyek ini sedang berlangsung. Tentu masyarakat sekitar menyambut gembira dengan adanya pembangunan ini.

Kesimpulan
Kalimalang adalah aliran air yang digunakan unruk memasok PDAM ada baiknya kita menjaga kebersihan serta keindahan kalimalang agar tetap lestari hingga cucu buyut kita nanti.